Bali Promotion Center

Bali Promotion Center
Bali Promotion Center Media Promosi Online

November 22, 2010

2011, Seluruh Puskesmas di Bali Dilengkapi Klinik VCT


Beritabali.com, Denpasar, Pemerintah Provinsi Bali menargetkan pada 2011 mendatang
seluruh puskesmas di Bali memiliki klinik VCT atau klinik layanan pemeriksaan kesehatan bagi orang dengan HIV/AIDS.

Hal ini sebagai upaya pelayanan kesehatan bagi ibu hamil dan masyarakat Bali yang terinfeksi HIV/AIDS. Selain itu sebagai antisipasi penularan HIV/AIDS dengan cara mendeteksi orang yang terinfeksi HIV/AIDS lebih awal.

Kepala Dinas Kesehatan Bali dr. Nyoman Sutedja pada keteranganya di Denpasar (20/11), mengungkapkan hingga saat ini baru 26 puskesmas yang telah dilengkapi klinik VCT dari sekitar 114 jumlah puskesmas di Bali.

Dimana pada tahap awal pembangunan klinik VCT lebih diprioritaskan untuk puskesmas yang berada di kawasan wisata.

“Puskesmas di daerah pariwisata harus memiliki klinik VCT, yang terpenting bagaimana agar kita dapat kasus paling dulu” ujar Nyoman Sutedja

Nyoman Sutedja menyampaikan selain melakukan pembangunan klinik VCT di seluruh puskesmas di Bali, Klinik
VCT menurut rencana juga akan dibangun di seluruh rumah sakit kabupaten.

Hingga saat ini baru 3 rumah sakit kabupaten yang telah dilengkapi dengan klinik VCT. Diantaranya rumah sakit kabupaten Tabanan, Singaraja dan Gianyar. (mlt)


NB : 
VCT Clinic : Layanan klinik Konseling dan Tes Sukarela (Voluntary Counseling Test/VCT) HIV/AIDS menyusul tersedianya sejumlah peralatan penunjang untuk pemeriksaan dan petugas yang tergabung dalam tim klinik itu.


Alarming HIV/AIDS Infection Among Balinese Infants
Last Update : 2010-11-15
Based on data from Bali's Committee on the Prevention and Control of AIDS (KPA) there are an estimated 300 more infants under the age of 5 years infected with HIV/AIDS each calendar year in Bali. The children acquire the disease from their parents who are also infected with the disease. Beritabali.com reports that further research carried out by KPA Bali show that around 1.2% of all pregnant women in Bali's capital city of Denpasar are deemed to be infected with HIV/AIDS.
A spokesman for KPA, Professor Nyoman Mangku Karmaya, told the press on Friday, November 12, 2010, that mothers who are infecting their newborn with HIV/AIDS generally hail for high risk groups of intravenous drug users or commercial sex workers.
Worried of a more widespread patterns of pandemic infection in the future, Karmaya said, "in reality, infections are mostly limited to pregnant women who once worked at cafes or who have been infected by husbands who are from high risk groups."
KPA also estimates that at least 25% of commercial sex workers in Bali are infected with HIV/AIDS.
Karmaya relayed the dire news that the number of new cases discovered each year in Bali has hit 840. On a cumulative basis, there are now some 3,700 known cases of HIV/AIDS in Bali. On the assumption that there are many more undiagnosed or unreported cases, the Bali Health Department estimates a total of 7,000 cases of HIV/AID on the island.
 

Laporan Pelayanan VCT Goethe dalam rangka Queer Film Festival

EXECUTIVE SUMMARY

Mengulang kesuksesan di tahun sebelumnya, layanan mobile VCT QFFest Tahun 2010 ini terselenggara berkat kerja sama antara dengan Komisi Penanggulangan AIDS Nasional melalui jaringan komunitas GWL Ina dengan Lembaga Peduli AIDS Yayasan Karya Bhakti. Secara umum, kegiatan layanan VCT gratis pada acara QFFest terlaksana dengan lancar dan sesuai dengan rencana walaupun ada beberapa hambatan dan gangguan selama acara. Layanan berlangsung selama 5 hari mulai 25 – 29 September 2010 di Goethe Haus Menteng Jakarta Pusat.

Layanan VCT ini melibatkan 9 orang konselor VCT, satu orang manajer kasus, 2 orang lab analist, dan satu orang dokter pengampu layanan. Jumlah total klien yang memanfaatkan layanan ini sebanyak 87 orang yang terdiri atas 66 orang laki-laki dan 21 orang perempuan. Sebagian besar dari klien berasal kalangan executive dewasa mapan berusia 25-49 tahun dengan pendidikan rata-rata S1. Dari sebanyak 82 orang yang ikut tes, 81 orang hasilnya negative dan ada satu hasilnya positive yang telah dirujuk ke layanan manajemen kasus.

Hambatan faktor eksternal berupa ancaman pembubaran acara dan belum optimalnya koordinasi antar pihak penyelenggara acara dengan service provider cukup mempengaruhi jalannya layanan VCT kali ini. Lesson learned dari kegiatan ini di antaranya adalah pentingnya komunikasi yang apik dengan jejaring mitra kerja dan memelihara semangat kerelawanan dalam membangun kerja sama dalam sebuah tim.




Studi kasus : Pelaksanaan Layanan VCT
Di Queer Film Festival (QFFest) 2010
  Pendahuluan

Selama lima tahun terakhir, Indonesia selalu diberikan kesempatan untuk menggelar acara pemutaran film yang mengangkat tema homoseksual, gender dan HIV/AIDS. Pemutaran film yang dijadikan sebagai media informasi, hiburan, dan advokasi bagi perkembangan komunitas gay, lesbian dan transgender ini hampir setiap tahunnya mendapatkan animo yang cukup tinggi dari masyarakat. Isu homoseksual juga tidak lepas dari isu HIV dan AIDS untuk itu setiap setiap acara ini digelar, acara pemutaran film ini selalu menyisipkan informasi terkait HIV dan AIDS. melalui acara ini para pengunjung selain mendapatkan hiburan, juga mendapatkan edukasi berupa paket pesan penyadaran dan akses layanan kesehatan

Di tahun 2009, panitia QFFest mulai melakukan terobosan baru dengan menggandeng Family Health International (FHI) melalui program Aksi Stop AIDS untuk menyediakan layanan pojok informasi serta layanan konseling dan tes HIV secara gratis bagi para pengunjung QFFest ini. Layanan dibagi 2 macam, yaitu layanan Pojok Informasi dan layanan VCT. Layanan Pojok Informasi dilakukan oleh Yayasan Intermedika, sementara layanan VCT dilakukan oleh LPA Karya Bhakti. Langkah ini dinilai cukuuntuk menjp sukses dan efektif untuk menjangkau komunitas LSL yang sebagian besar masih tertutup dan agak sulit terjangkau melalui kegiatan penjangkauan biasa. Hal ini dibuktikan dengan adanya lebih dari 100 orang dari komunitas LSL yang mengakses layanan VCT pada saat itu.

Di tahun 2010 ini QFFest kembali diselenggarakan namun kali ini pihak panitia langsung berkoordinasi dengan Komisi Penanggulangan AIDS nasional melalu jaringan komunitas GWL Ina untuk mengadakan layanan yang hampir serupa dengan pelaksanaan di tahun sebelumnya, yaitu dengan menyediakan layanan Pojok Informasi serta layanan VCT gratis. Sekali lagi LPA Karya Bhakti dipercaya untuk melaksanakan kegiatan layanan VCT. Secara umum, kegiatan layanan VCT gratis pada acara QFFest terlaksana dengan lancar dan sesuai dengan rencana walaupun ada beberapa hambatan dan gangguan selama acara. Berikut adalah rincian pelaksanaan layanan VCT di QFfest Jakarta:

 A. Persiapan

Sebelum pelaksanaan acara LPA telah mengirimkan perwakilan stafnya untuk menghadiri beberapa kali rapat persiapan yang diadakan di sekretariat GWL Ina di Gedung Menara Topaz Lt.7. Rapat tersebut membahas tentang teknis pelaksanaan kegiatan pojok info dan layanan mobile VCT di QFFest. Pada awal  persiapan sudah diputuskan bahwa pelaksana untuk kegiatan Pojok Informasi diserahkan kepada Yayasan InterMedika,  sementara layanan VCT diserahkan kepada Lembaga Peduli AIDS (LPA) Karya Bhakti. Walaupun demikian dalam pelaksanaannya di lokasi layanan tetap menggunakan satu nama yaitu jaringan GWL Ina.

Seperti pada pelaksanaan tahun lalu, lokasi pelaksanaan layanan mobile VCT dilakukan di dua tempat pemutaran QFFest yaitu di Goethe Haus dan di Apolo Bar. Pelaksanaannya semula diadakan selama 8 hari yaitu mulai 25 September hingga 2 Oktober 2010 untuk lokasi di Goethe Haus, kemudian pada 30 Oktober 2010 di Apollo bar. Namun pada perkembangan berikutnya layanan VCT hanya dilakukan tanggal 25 sampai 29 September 2010, sedangkan di Apollo bar tetap dilakukan pada 30 September 2010.

Berdasarkan pengalaman tahun sebelumnya, layanan direncanakan untuk melayani sebanyak 130 orang klien. Tempat layanan vct telah disediakan oleh Panitia QFFest sementara partisi ruangan menjadi tanggung jawab dari GWL Ina. Teknis pelaksanaan layanan VCT diserahkan secara penuh kepada LPA Karya Bhakti, termasuk pengaturan SDM, perlengkapan VCT, penjadwalan, budgeting dan pelaporannya.
 
B. Pelaksanaan

Layanan VCT dilaksanakan di Goethe Haus, Jl. Sam Ratulangi Menteng, Jakarta Pusat dengan waktu pelaksanaan mulai 25 hingga 29 September 2010. Layanan tidak dapat berlangsung hingga 2 Oktober 2010 karena pada 30 September auditorium akan dipakai untuk acara lainnya.

Ruang VCT terletak di pojok kanan auditorium dan telah disiapkan berupa partisi yang terdiri atas 4 kamar yaitu 3 untuk ruang konseling dan satu kamar untuk pengambilan darah dan  lab analisis. Satu set ruang konseling terdiri atas satu meja dan 3 kursi. Selain itu tersedia juga meja registrasi layanan.

Layanan dibuka mulai pukul 14.00 WIB sampai pukul 21.00 WIB untuk tanggal 25 dan 26 September 2010 dan pukul  16.00 WIB sampai pukul 21.00 WIB. Perbedaan jam buka layanan disesuaikan dengan jam pemutaran film QFFest.
 
Petugas Layanan VCT

Layanan VCT di QFFest tahun ini didukung oleh beberapa orang petugas jaga. Berikut adalah susunan dan jumlah petugas pendukung layanan VCT:
  2 orang konselor tetap itu yaitu Sdr. Cecep Junaedi dan Sdr. Yani Surjana
  • 8 orang konselor relawan yaitu Sdr. Budhy Santoso, Sdr. Marcel Latuihamallo, Sdr. Kustin Kharbiati, Sdri. Kekek Apriana, Sdr. Tono Permana, Sdr. Kristianto, Sdr. Andi Kusmanto dan Sdri. Habasiah
  • 2 orang analist laboratorium (sekaligus bertugas sebagai pengambil darah) yaitu Sdri. Erdini Angraini dan Sdri. Atika Umami
  • 1 orang Manajer Kasus yaitu Sdr. Herman Varella
  • 1 orang Dokter penanggung jawab layanan yaitu Sdri.dr, Santayana Daulay dari Puskesmas Pasar Rebo Jakarta Timur.
 Konselor tetap bertugas setiap hari dalam melayani konseling, sementara konselor relawan akan membackup konselor tetap jika terjadi ada antrian layanan.




Data Layanan VCT

Selama 5 hari pelaksanaan layanan VCT QFFest di Goethe Haus, tercatat sebanyak 87 orang yang memanfaatkan layanan yang berarti rata-rata kunjungan 17-18 orang perhari layanan. Dari jumlah total 87 tersebut terdiri atas 66 orang laki-laki dan 21 orang perempuan.

Berdasarkan kelompok umur, terbanyak dari kalangan yang berusia antara 25-49 tahun (62%). Ini artinya mereka ada di usia angkatan kerja produktif dewasa.

 Sebanyak 75% atau sebagian besar dari klien layanan telah bekerja dan berdasarkan jenis pekerjaannya, sangat bervariasi antara lain ada yang karyawan swasta, wiraswasta, penulis, entertainer, penata rambut, konsultan, bahkan ada juga yang PNS walau jumlahnya sangat sedikit.

Alasan utama yang diungkapkan klien untuk melakukan tes adalah karena hanya ingin tahu status berisiko (63,5%) dan karena ingin tahu status HIV saja meskipun dalam kajian perilaku risiko yang dilakukan konselor pada umumnya klien tidak mempunyai perilaku berisiko. Hal ini mungkin bisa dipengaruhi dari tingkat pendidikan yang cukup tinggi dengan hampir separuh jumlah total klien (48,8%) berlatar belakang pendidikan S1  sehingga tingkat kesadaran juga cukup tinggi untuk menjaga perilakunya dari risiko penularan HIV dan AIDS.
 
Berdasarkan kelompok risiko, sebagian besar (67,8%) mengaku sebagai homoseksual. Cukup beralasan mengingat pelaksanaan layanan memang pada event QFFest. Yang menarik adalah mulai munculnya kesadaran klien yang berasal dari komunitas lesbian (homoseksual perempuan) mengakses layanan VCT ini yaitu hampir separuh (47,6%) dari klien perempuan.

Pada umumnya juga yaitu sebanyak 75 orang (86%) merupakan orang-orang yang baru kali ini memanfaatkan layanan VCT di tempat ini. Walaupun klien baru di layanan mobile QFFest ini namun meraka mengaku sudah pernah tes HIV di tempat di tempat lain seperti di klinik swasta, dan rumah sakit.

Walaupun layanan ini diberikan secara gratis, masih ada pengunjung yang belum siap atau belum bersedia untuk tes. Ada 5 orang yang tidak melakukan tes setelah konseling pra tes yang padumumnya beralasan karena tidak siap untuk melakukan tes.

Jumlah Klien yang mengikuti layanan Konseling Pra tes-tes HIV-Pasca tes
No. Jenis Kelamin Jumlah Klien Layanan VCT Hasil tes
Konseling Pra tes Tes HIV Konseling Pasca tes Negatif Positif
1 Laki-laki 66 66 63 63 62 1
2 Perempuan 21 21 19 19 19 0
Total 87 87 82 82 81 1










 Dari 82 orang yang menjalani tes HIV, hampir semuanya hasilnya negative yaitu sebanyak 82 orang, sementara yang positive hanya 1 orang. Dari 82 orang klien yang hasil tesnya negative dianjurkan untuk melakukan tes ulang mengingat masih dalam masa jendela (window period). Sementara yang positif dirujuk ke manajer kasus.

Untuk lebih jelasnya tentang data layanan VCT di Goethe, silakan lihat dalam lampiran rekapitulasi data layanan VCT.

 Tahapan Layanan VCT:

Berikut ini alur proses penerimaan dan layanan VCT di Goethe Haus:

-       Klien diterima di meja registrasi untuk menerima nomor urut layanan.
-       Klien dipersilakan masuk ke salah satu ruangan konseling dan diterima oleh seorang konselor yang bertugas.
-       Konselor melakukan konseling pra tes HIV, termasuk ditanyakan kesediaannya melakukan tes. Bila bersedia di tes klien akan dirujuk ke ruang lab untuk pengambilan darah. Bila tidak bersedia klien diberikan lembar informasi alamat rujukan yang dapat di akses di kemudian hari dan ini berarti klien telah selesai diberikan layanan.
-       Klien yang bersedia dites, klien diminta menandatangani lembar informed consent untuk tes HIV dan akan diambil darahnya sebanyak 5 cc untuk kemudian dites dengan kit tes yang telah disediakan.
-       Selesai diambil darah, klien akan diberikan kupon pengambilan hasil dan diminta dating kembali selama 15-20 menit kemudian sementara darah dites di lab.
-       Klien datang kembali menanyakan hasil tesnya dengan menunjukkan kuponnya.
-       Apabila hasil tes sudah ada klien akan langsung dipersilakan ke ruang konseling untuk mengetahui hasil tes sekaligus mendapatkan layanan konseling pasca tes. Apabila hasil belum selesai, klien akan diminta menunggu sebentar lagi.
-       Konseling diberikan oleh konselor setelah klien mengetahui hasil tesnya. Hasil tes tidak diberikan kepada klien. Apabila klien ada kebutuhan layanan rujukan konselor akan merujuk ke layanan yang terkait, termasuk rujukan ke manajer kasus apabila klien yang positif HIV bersedia didampingi oleh manajer kasus.


Layanan Manajemen kasus (MK)

Layanan ini idealnya memang ditujukan bagi yang positif HIV saja dan dilakukan setelah konseling pasca tes, namun untuk mengatisipasi kemungkinan klien tidak mau dirujuk ke MK maka klien sudah diperkenalkan layanan MK ini pada saat melakukan pendaftaran/registrasi. Klien diberikan pula lembar informasi alamat rujukan layanan terkait IMS, HIV dan AIDS agar mereka dapat mengakses layanan-layanan tersebut setelah kegiatan layanan VCT di QFFest selesai.

Petugas layanan MK yang mendukung layanan VCT ini berjumlah 2 orang yang berasal dari Positive Rainbow dan G Support. Kedua organisasi ini merupakan organisasi yang melakukan pendampingan dan pemberdayaan bagi komunitas LSL, termasuk apabila mereka sudah terinfeksi HIV. Kedua petugas MK ini bertugas jaga setiap hari layanan VCT. Selain memberikan pendampingan bagi komunitas LSL, mereka juga mempromosikan keberadaan organisasi mereka termasuk memberikan kesempatan bagi pengunjung atau klien yang ingin memberikan sumbangan atau dukungan terhadap komunitas LSL. Kotak pundi amal juga disediakan untuk menampung sumbangan.

Selama 5 hari layanan VCT di QFFest telah terkumpul uang sumbangan sebanyak lebih kurang Rp. 950.000 yang diperoleh melalui kotak pundi ataupun melalui rekening yang telah disediakan atas nama GWL Ina.



Umpan Balik Pengunjung layanan VCT

Sedikit berbeda dengan pelaksanaan tahun sebelumnya, layanan VCT mobile di QFFest kali ini dilengkapi dengan komentar para pengunjung layanan terhadap layanan VCT pada khususnya dan acara QFFest pada umumnya. Komentar para pengunjung ini dituliskan di atas selembar kain yang telah disediakan.

Secara umum, komentar-komentar yang disampaikan bernada puas akan layanan yang diberikan, antusias dan mendukung layanan seperti ini untuk terus ada diselenggarakan. Selain itu ada juga komentar yang memotivasi rekan-rekan dalam komunitas GWL dan lesbian untuk mulai peduli terhadap kesehatan diri mereka.

 Hambatan dalam Pelaksanaan Layanan
 Sacara umum penyelenggaraan layanan VCT berjalan sukses walaupun ada sedikit hambatan yang mempengaruhi jalannya layanan VCT. Hambatan-hambatan tersebut antara lain:
 Adanya ancaman pembubaran acara
Ancaman ini dilakukan oleh pihak FPI berupa unjuk rasa atau desakan kepada pemerintah untuk menghentikan acara QFFest ini. Desakan ini ternyata direspon oleh pihak panitia penyelenggara dan penyedia venue untuk acara ini sehingga di beberapa tempat acara, kecuali di Goethe Haus, pemutaran film dihentikan mulai hari kedua. Hal ini cukup mempengaruhi promosi layanan VCT sehingga informasi adanya layanan ini menjadi terbatas.
 Belum optimalnya koordinasi antara penyedia layanan VCT dan panitia QFFest.
Pada acara pembukaan acara QFFest, pihak panitia QFFest mempertanyakan mengapa layanan VCT tidak ada saat pembukaan padahal panitia telah meng announce layanan ini. Pihak penyedia layanan VCT, dalam hal ini LPA Karya Bhakti, telah diberitahu bahwa tidak ada layanan VCT saat pembukaan. Permintaan mendadak untuk menyediakan layanan VCT tidak dapat dipenuhi LPA Kharya Bhakti mengingat terlalu sempitnya persiapan dan ketersediaan kit (reagensia dan perlengkapan lab) tergantung pihak lain yaitu RS Koja dan PKM Pasar Rebo.
 
Lesson Learned

Mengacu pelaksanaan 5 hari layanan VCT di acara QFFest kali ini, ada beberapa hikmah atau pelajaran yang dapat dipetik, antara lain:

  • Perlunya menjalin komunikasi yang baik dengan pihak Rumah Sakit dan Puskesmas untuk memudahkan pelaksanaan layanan VCT terutama penyediaan reagensia untuk tes HIV,
  • Koordinasi dan komunikasi internal dalam tim layanan yang solid perlu dibangun dengan semangat kerelawanan untuk mengantisipasi keterbatasan kemampuan yang ada dalam sebuah tim,
  • Prinsip menjaga privacy dan kerahasiaan harus tetap dipegang teguh untuk menjaga kepercayaan klien,


Penutup

Bercermin dari pengalaman pelaksanaan 5 hari layanan VCT di QFFest ini, banyak pelajaran yang telah kita dapatkan. Sebagai manusia biasa yang tidak luput dari kesalahan, kami mohon maaf apabila dalam pelaksanaan layanan ini masih banyak kekurangan. Kami juga berterima kasih telah diberikan kesempatan untuk terlibat dalam

Ucapan terima kasih juga kami haturkan para relawan konselor yang telah menyumbangan tenaga, waktu dan pikirannya dalam pelaksanaan layanan, kepada Rumah Sakit Jakarta Utara dan PKM Pasar Rebo Jakarta Timur Koja yang membantu penyediaan reagensiaes HIV. Kami berharap agar kualitas layanan ini ke depan dapat lebih ditingkatkan dan dilanjutkan di tahun-tahun berikutnya. Selain itu harapan bahwa jalinan kerja sama yang telah terjalin dengan semua pihak dapat terpelihara dengan baik dan lebdengan semua pihak yang terlibat dalam kegiatan ini dapat lebih ditingkatkan dmimasa yang akan datang.

Wassalam,
  Jakarta, 14 Oktober 2010
 
Penyusun

No comments: