PIDATO
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
PADA
PEMBUKAAN KTT KE-18 ASEAN
Jakarta, 7 Mei2011
Bismillahirrahmanirrahim.
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Salam sejahtera untuk kita semua.
Yang Mulia Para Kepala Negara dan Kepala Pemerintahan Negara-Negara ASEAN,
Yang saya hormati Sekretaris Jenderal ASEAN dan para Menteri ASEAN,
Yang saya hormati para Pimpinan Lembaga-lembaga Negara Republik Indonesia,
Yang saya hormati para Pimpinan Parlemen ASEAN, representasi organisasi Civil Society dan representasi Pemuda Negara-negara ASEAN,
Yang Mulia para Duta Besar Negara sahabat, dan Pimpinan Organisasi Internasional,
Para anggota delegasi dan hadirin sekalian yang saya hormati,
Dengan penuh rasa syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, atas rahmat dan karunia-Nya, pada hari yang bersejarah ini, kita dapat berkumpul bersama untuk menghadiri Pembukaan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-18 ASEAN.
Atas nama rakyat, pemerintah dan Negara Republik Indonesia, izinkan saya untuk menyampaikan ucapan selamat datang di Indonesia, kepada Yang Mulia para Kepala Negara dan Kepala Pemerintahan negara-negara sahabat, yang datang dari Kawasan ASEAN.
Kehadiran Yang Mulia menunjukkan betapa erat dan hangatnya hubungan antara negara-negara di kawasan ASEAN. Saya berharap, kehadiran Yang Mulia para Kepala Negara dan Kepala Pemerintahan pada hari ini, menjadi momentum yang bersejarah bagi kerjasama yang lebih erat, saat ini dan mendatang.
Hadirin sekalian yang saya muliakan.
KTT ke-18 ASEAN yang diselenggarakan tahun ini, memiliki arti penting bagi upaya kita untuk menghadapi dan memberi solusi, atas tantangan yang membentang di hadapan kita. Pada awal abad ke-21 ini, kita menghadapi tantangan yang sangat kompleks, beragam, dan bersifat lintas negara. Pergeseran kekuatan geopolitik tengah berlangsung dengan dinamis.
Berbagai ancaman keamanan tradisional, masih terus menghantui, yang disertai dengan ancaman keamanan non-tradisional yang juga semakin meningkat. Gejolak perekonomian global kerap terjadi, dengan dampak yang dirasakan oleh semua bangsa di dunia. Tentu menjadi tidak mudah bagi kita untuk membedakan antara masalah-masalah nasional, kawasan, dan global.
Demikian juga antara isu-isu bilateral dan multilateral. Oleh karena itu, kita tidak dapat menghadapi berbagai persoalan itu hanya pada tingkat nasional semata, tetapi diperlukan penyelesaian yang lebih komprehensif, dan kerjasama yang lebih baik, di antara negara-negara yang ada di kawasan Asia Tenggara.
Diperlukan pula kerjasama yang lebih erat di antara bangsa-bangsa, baik intra maupun antar kawasan, serta dalam forum-forum global. Sejarah mencatat, sebagai salah satu pelopor integrasi kawasan di dunia, ASEAN dibentuk berdasarkan keinginan untuk menciptakan perda-maian, membangun konsensus, dan memajukan stabilitas, melalui integrasi dan kerjasama kawasan.
Kita menyadari, bahwa untuk menjamin perdamaian dan stabilitas di kawasan Asia Timur, ASEAN harus terlebih dahulu mampu menjamin perdamaian di kawasannya sendiri. ASEAN berkewajiban untuk merespon dinamika konflik, yang dapat mempengaruhi citra ASEAN dan perdamaian yang berkelanjutan di kawasan ini.
Jika terjadi konflik, ASEAN juga harus mampu memfasilitasi forum diplomatik dan dialog terbuka, dengan tujuan menciptakan perdamaian bersama. Semua upaya itu, sudah kita gariskan dalam Cetak Biru Komunitas Politik Keamanan ASEAN. Kewajiban kita tinggalah melaksanakan komitmen dan kesepakatan bersama tersebut.
Hadirin sekalian yang saya hormati. Saat ini dan ke depan, kita juga menghadapi masalah ketahanan pangan dan ketahanan energi. Dalam situasi global saat ini, populasi penduduk dunia diproyeksikan tumbuh pesat dari tujuh milyar saat ini, menjadi sembilan milyar pada tahun 2045. Bangsa-bangsa di muka bumi akan menghadapi kompetisi, untuk memperoleh sumber-sumber penghidupan yang terbatas.
Kompetisi untuk energi, untuk pangan, dan untuk air yang bersih dan dapat diminum, menjadi bagian dari kompetisi global.Tidak perlu terlalu jauh, untuk memproyeksikan apa yang terjadi dalam kurun waktu sepuluh atau dua puluh tahun ke depan, saat ini saja kita sedang menghadapi harga pangan dan energi yang sangat fluktuatif, yang cenderung terus meningkat di pasar dunia.
Ketahanan pangan merupakan tantangan yang sangat besar bagi ASEAN. Oleh karena itu, diperlukan kerjasama ASEAN yang nyata dan efektif, untuk lebih menekankan program yang berorientasi pada kesiapan menjamin ketersediaan pangan rakyat. Salah satu langkah cepat yang harus kita ambil adalah pelaksanaan ASEAN Integrated Food Security Framework secara komprehensif, utamanya dalam penelitian dan pengembangan, serta investasi dalam bidang pangan.
Dan secara khusus, yang perlu diperhatikan adalah memformulasikan sistem cadangan pangan di ASEAN, yang juga dapat memungkinkan terbantunya para petani kita untuk keluar dari kemiskinan. Sama pentingnya dengan mengatasi masalah pangan, adalah mengatasi masalah ketahanan energi. Menghadapi masalah ini, ASEAN harus men-cari solusi yang inovatif.
Sumber-sumber energi baru dan terbarukan, sangat diperlukan untuk meningkatkan keanekaragaman pasokan energi, dan mengurangi konsumsi energi yang berdampak negatif pada lingkungan. Selain itu, pemanfaatan energi yang terbarukan, dan implementasi program ASEAN Energy Efficiency and Conservation, dapat mempercepat pembangunan ekonomi dan sosial di negara-negara anggota ASEAN.
ASEAN harus memperkuat kerjasama kawasan dalam pengembangan sumber-sumber energi ter-barukan dan energi alternatif, termasuk hydro-power dan panas bumi. Salah satu caranya, kita harus memajukan pembangunan pusat-pusat penelitian dan pengembangan energi terbarukan di kawasan kita. Kita mesti memberikan perhatian yang amat serius untuk kerjasama dan upaya nyata mengatasi gejolak harga pangan dan energi dunia, karena dampaknya yang buruk bagi kesejahteraan rakyat kita.
Sejarah menunjukkan bahwa kenaikan harga pangan dan energi, akan langsung mengakibatkan kenaikan jumlah penduduk yang miskin. Sedangkan kita sangat tahu dan merasakan, bahwa untuk menurunkan angka kemiskinan adalah sesuatu yang tidak mudah.
Hadirin sekalian yang saya muliakan.
Selain masalah pangan dan energi, kita juga tidak menutup mata dengan masih terjadinya konflik-konflik bersenjata di berbagai penjuru dunia. Konflik di Libya, belum mereda. Pergolakan politik di Timur Tengah masih terus berlangsung, disertai dengan meluasnya kekerasan. Di perairan internasional, pembajakan dan perompakan di laut semakin rawan. Dan kita juga dihadapkan pada sindikat kejahatan dan terorisme internasional.
Kita baru melalui masa krisis ekonomi dan keuangan global yang belum sepenuhnya pulih. Pada saat yang bersamaan, kita harus mengatasi masalah perubahan iklim yang dapat mengakibatkan kerusakan bagi negara-negara pantai dan kepulauan, serta negara lainnya.
Dan tidak dapat kita pungkiri, masih terjadinya migrasi penduduk dalam jumlah besar, tidak teratur dan tidak legal, sehingga menyebabkan berbagai masalah politik, sosial, dan keamanan, tidak hanya di negara tujuan (countries of destination), tetapi juga di negara yang mereka lalui (transit countries).
Masalah lain yang serius adalah bencana alam yang kerap kali terjadi di kawasan ini. Kita menyadari, kawasan kita amat rentan terhadap bencana alam. Sebagai contoh, tragedi bencana gempa bumi dan tsunami yang melanda wilayah timur laut Jepang dua bulan lalu, yang telah menelan korban ribuan penduduk, dan menyebab-kan kerugian harta benda dan infrastruktur.
Dan masih segar dalam ingatan kita, tujuh tahun lalu, Aceh dilanda bencana tsunami yang amat dahsyat, yang juga menimbulkan puluhan ribu korban jiwa dan kerusakan harta benda. Dalam penanganan bencana alam, saya berpandangan bahwa terdapat dua hal utama yang perlu kita perhatikan.
Pertama, kita perlu meningkatkan kapasitas dan koordinasi regional, melalui pembentukan ASEAN Coordinating Centre for Humanitarian Assistance on Disaster Management (AHA Centre). Dan yang kedua, melaksanakan latihan bersama penanganan bencana alam, seperti yang telah dilaksanakan dalam ASEAN Regional Forum Disaster Relief Exercise di Manado bulan Maret lalu, yang diketuai bersama oleh Indonesia dan Jepang.
Hadirin sekalian yang saya muliakan.
Dari apa yang saya kemukakan tadi, saya ingin memberi gambaran secara singkat bahwa itulah yang terjadi di dunia kita saat ini. Dan itu pulalah potret di kawasan kita sekarang. Dalam dunia se-perti itu, negara-negara di kawasan ASEAN tidak dapat berdiam diri dan berpangku tangan. Kita perlu lebih memantapkan kerjasama multi-dimensional, baik kerjasama internal di antara negara-negara anggota ASEAN, maupun kerjasama dengan negara-negara Mitra Wicara, ataupun kerjasama dengan kawasan lain.
Dan lebih dari itu, ASEAN perlu lebih tanggap terhadap realitas yang berubah dengan sangat cepat; untuk menyelesaikan dan mengatasi berbagai tantangan, dan untuk meraih peluang yang muncul baik di dalam maupun di luar kawasan. Untuk itulah, sebagai Ketua ASEAN, Indonesia menetapkan tiga prioritas utama yang mesti kita sukseskan bersama.
Pertama, kita harus dapat memastikan tercapainya kemajuan-kemajuan penting dalam membangun Komunitas ASEAN; Kedua, kita harus memastikan terpeliharanya tatanan dan situasi di kawasan yang kondusif bagi upaya pencapaian pembangunan, antara lain melalui KTT Asia Timur dengan tetap menjaga sentralitas ASEAN; dan Ketiga, kita harus mensukseskan pembahasan mengenai perlunya visi “ASEAN pasca 2015”, yaitu peran Komunitas ASEAN di antara Komunitas Global Bangsa-Bangsa. Ini berarti, pada saat, insya Allah Komunitas ASEAN terbentuk pada tahun 2015, kita telah siap untuk meningkatkan peran ASEAN, dalam menjawab tantangan-tantangan global yang membentang di depan kita.
Tantangan yang dapat menyulitkan kehidupan generasi mendatang.Kita memperjuangkan tiga prioritas tadi, berdasarkan premis bahwa seluruh daya upaya kita akan bersifat kerakyatan (people centred). Seluruh lapisan masyarakat di negara-negara anggota ASEAN mesti dilibatkan, agar mereka semua mempunyai rasa kepemilikan dan keinginan yang kuat untuk berpartisipasi.
Mereka akan menjadi yang pertama, dan yang paling utama mendapatkan keuntungan dari inisiatif kita. Hadirin sekalian yang saya muliakan. Tahun ini, ketika Indonesia menjadi Ketua ASEAN, bersama-sama kita telah membuat kemajuan yang berarti, dalam mewujudkan ketiga prioritas yang saya kemukakan tadi. Di tengah perubahan arsitektur kawasan, saya berharap KTT ASEAN kali ini dapat menyepakati langkah-langkah menuju Konferensi Tingkat Tinggi Asia Timur, yang diharapkan akan memiliki kontribusi lebih jauh bagi pemajuan lingkungan kawasan yang stabil dan damai, serta mendatangkan kemakmuran bersama.
Di bidang keuangan, salah satu kemajuan yang penting adalah peluncuran website bersama dari tujuh Bursa Efek di negara-negara ASEAN, untuk meningkatkan ekuitas blue-chip di kawasan bagi para investor global. Ini merupakan langkah awal menuju konektivitas pasar-pasar di ASEAN. Pada saat yang bersamaan, kita akan segera mengimplementasikan secara penuh Fasilitas Jaminan Kredit dan Investasi sebesar US$700 juta.
Para Menteri Keuangan kita, juga telah merapatkan barisan menuju pembentukan Dana Infrastruktur ASEAN (ASEAN Infrastructure Fund) guna mendukung pembangunan infrastruktur di kawasan. Tentu tidak hanya sampai di situ. Masih banyak yang harus kita lakukan dan kita kerjakan secara bersama-sama. Kita harus memastikan bahwa Master Plan on ASEAN Connectivity dapat diimplementasikan secara efektif.
Dalam kaitan ini, Indonesia tengah menyelesaikan Master Plan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI), guna mempercepat pem-bangunan enam koridor ekonomi di Indonesia. Saya yakin, apa yang Indonesia lakukan ke depan ini, di samping akan mengembangkan perekonomian nasional dan konektivitas intra-Indonesia, juga akan lebih membangkitkan perekonomian ASEAN, sekaligus mempercepat terbangunnya konektivitas ASEAN. Hadirin sekalian yang saya muliakan.
Di kawasan ASEAN yang dinamis ini, untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masya-rakat, masih banyak yang perlu kita lakukan. Kita harus bekerja keras untuk memberdayakan dan meningkatkan usaha kecil dan menengah. Kita perlu lebih mengembangkan perdagangan, investasi dan pariwisata intra ASEAN. Dan kita pun harus lebih meningkatkan kerjasama kita dengan mitra wicara ASEAN agar dapat lebih bermanfaat.
Kita perlu meluncurkan lebih banyak lagi, upaya untuk memajukan interaksi antar masyarakat (people-to-people).Dialog Para Pemimpin ASEAN dengan Majelis Antar Parlemen ASEAN, para wakil dari kalangan masyarakat sipil, dan para pemuda selama KTT ini berlangsung, merupakan salah satu bentuk upaya untuk menjadikan ASEAN sebagai organisasi yang berorientasi dan berpusat pada masyarakat.
Itulah cita-cita kita. Itulah harapan kita. Harapan baru bagi komunitas ASEAN.
Hadirin sekalian yang saya muliakan.
Sebelum mengakhiri sambutan ini, harus saya sampaikan rasa syukur dan kebanggaan saya, bahwa saat ini dan ke depan, semakin banyak negara yang berkeinginan untuk meningkatkan hubungan dan kerjasama dengan ASEAN. Hal ini menegaskan semakin meningkatnya pamor ASEAN, sebagai salah satu organisasi regional yang berhasil di dunia. Kita telah mendapatkan pengalaman dan pelajaran yang sangat banyak dan berharga, selama lebih dari empat puluh tahun bekerja bersama.
Oleh karena itu, banyak hal yang sesungguhnya dapat kita tawarkan kepada kawasan dan bangsa lain di luar kawasan kita.Saat ini, mata dunia sedang tertuju ke kawasan ASEAN, tempat kita tumbuh, berkembang, dan maju bersama.
Kenyataan ini, harus menjadi inspirasi bagi kita untuk bekerja lebih keras; mencapai Komunitas ASEAN tahun 2015, dan menjadikan hubungan kemitraan di antara kita semakin bermanfaat untuk menyelesaikan masalah-masalah global.
Sekali lagi, mari kita tingkatkan kerjasama kita. Mari kita libatkan rakyat kita dalam membangun kawasan ASEAN, agar kehidupan rakyat di kawasan ini menjadi lebih aman, lebih tentram, lebih damai, lebih harmonis, dan lebih sejahtera. Karena itulah, saya sungguh berharap Konferensi Tingkat Tinggi ASEAN tahun ini, dapat menjadi jembatan menuju keberhasilan yang kita harapkan bersama. Sekali lagi, mari kita wujudkan :ASEAN : Satu Visi, Satu Identitas, Satu Komunitas.
”ASEAN : One Vision, One Identity, One Community”. Terima kasih.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabakatuh
Jakarta, 7 Mei 2011
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO
JAKARTA, May 7 (Xinhua) -- The 18th ASEAN Summit opened here Saturday with the theme of "ASEAN Community in a Global Community of Nations."
When addressing the opening ceremony, Indonesian President Susilo Bambang Yudhoyono said that "ASEAN can't be silent and do nothing," in the face of challenges of energy and food security, disaster management, people trafficking and other problems that confront the world.
"We must enhance a multi-dimensional cooperation both internally among ASEAN members and our cooperation with our dialogue partners as well as with countries from other regions," he said.
As the rotating chair of ASEAN, the president said extra efforts should be made to ensure concrete progress in realizing the ASEAN Community and successful discussion on the urgent need for a "post 2015 ASEAN" vision, or the role of ASEAN Community in a global community of nations.
He also called on all the member states to step up efforts to ensure the masterplan of ASEAN Connectivity can be implemented as soon as possible.
According to the schedule, nine bilateral meetings will be held Saturday. Meanwhile, the ASEAN Leaders' Dialogue with the ASEAN Interparliamentary Assembly, representatives of Civil Society Organizations and youth representatives will also be held in an effort to "make ASEAN an organization that is people-oriented and people-centered."
State leaders and heads of government from the 10 member countries of the organization will discuss ASEAN integration, economic recovery, ASEAN's role in international affairs, climate change and others issues during the two-day summit.
ASEAN groups Brunei, Cambodia, Indonesia, Laos, Malaysia, Myanmar, the Philippines, Singapore, Thailand and Vietnam.
Editor: Fang Yang
JAKARTA, KOMPAS.com - President Susilo Bambang Yudhoyono opened the first ASEAN - European Union Business Summit at the Jakarta Hall Convention Center here on Thursday morning. ASEAN-EU Business Summit is a high level forum for business players and governments to deal with problems arising from trade relations between the two regional groupings.
Chief of ASEAN Economic Minister Mari Elka Pangestu who is also the Indonesian trade minister said the summit was also intended to look into business and investment opportunities in both sides.
At the business summit participating companies from EU and ASEAN member countries will discuss opportunities in the areas of infrastructure (including transportation and logistics), agri-food, health (including pharmacy), automotive and service (telecommunication and finance).
The participating companies are expected to discuss their inputs with ten ASEAN economic and trade ministers and the EU special trade commissioner. The outcome of the business summit will be brought to an annual meeting of ASEAN and EU economic ministers for approval.
Since the business summit will accommodate the aspirations of ASEAN and EU business players, the outcome of the meeting will hopefully reduce constraints in their efforts to enhance investment and trade ties.
Trade between EU and ASEAN last year reached 147 trillion euros. EU is ASEAN’s second biggest trade partner while ASEAN is EU’s fifth biggest trade partner. EU is also the biggest investor in Southeast Asia.
JAKARTA, May 5 (Xinhua) -- The first ASEAN-EU Business Summit opened in Jakarta on Thursday, giving business from ASEAN and the EU not only an opportunity to engage between themselves, but also to have dialogue with policy makers from both regions.
The Summit aims to enhance business networking and rising awareness about trade and investment opportunities in ASEAN and the EU, to identify market access opportunities and challenges, and to better facilitate trade and investment relations between the two sides with formulation of policy advice and recommendations to the ASEAN Governments and the European Commission.
Addressing an open session of the Business Summit, Surin Pitsuwan, secretary-general of ASEAN said that the summit is a product of long deliberation between the two sides, citing that the EU has been the No. 1 source of foreign direct investment (FDI) into ASEAN. "We all agree that the trade between us has been robust, although the year 2009 it dipped a little bit about 16 percent, but this year we are going up again, and it is very very encouraging".
Surin said 68 percent of all FDI into ASEAN at the moment is going into the service sector, and a lot of them are from Europe. He said the 30 years of Government-to-Government cooperation and exchange helped boost the private sector on both sides. "We very much welcome that there would be many more of this kind of business-to-business gathering among themselves and with the support of each government".
For his part, EU trade commissioner Karel De Gucht said the first-ever ASEAN-EU Business Summit provides an opportunity for creating business ties and the platform to engage with governments. "Regional integration, the development of an internal market and the commitment to the global trading system have made success to Europe for more than half a century," he said, "I witness the same here in the ASEAN region today".
Participants from the 9th Consultations between the ASEAN Economic Ministers and the EU Trade Commissioner expressed their commitment to further strengthening trade relations and economic cooperation between ASEAN and the EU when they held the meeting in August 2010 in Vietnam. They agreed among others that an ASEAN-EU Business Summit would be held in 2011 to enhance business-to- business dialogue between the two sides.
Editor: Xiong Tong |
Mr. Aquino, who left at around 5 p.m. Friday to attend the two-day summit of the Association of Southeast Asian Nations (Asean) in the Indonesian capital, said the “clear objective” of his trip was to tell the Philippines’ neighbors that it was ready to work with them on matters ranging from crime to climate change.
“We will hold dialogues with other leaders to strengthen our coordination for security and peace in and out of our country,” he said in remarks at Ninoy Aquino International Airport Terminal 3 before his departure.
EU Trade Commissioner Karel De Gucht leaves today for Jakarta to meet with ASEAN economic and trade Ministers from the South-East Asian block of ten countries and open the first ever ASEAN-EU Business Summit on May 5th. “The first ASEAN-EU Business Summit in Jakarta is an important signal that shows both regions mean business when it comes to building stronger economic ties,” said Commissioner De Gucht. “Given the economic dynamism of the ASEAN region, I see considerable opportunities for working more closely together in the coming years.”
Jakarta will host the 18th ASEAN summit from May 7-8, where the leaders of the association’s 10 nations will discuss regional and global issues. The Jakarta Post’s Abdul Khalik and Sita Winiawati Dewi talked to Foreign Minister Marty Natalegawa on Wednesday about the summit. Below are excerpts.
Question: Indonesia has set a three-pronged agenda for its ASEAN chairmanship this year: speeding the group’s integration, developing a regional architecture and expanding ASEAN’s global role. How do you assess progress to date?
Answer: Indonesia has made significant progress in moving toward achieving the goal of the ASEAN Community by 2015. We have made progress on the economic pillar, the political pillar and the socio-cultural pillar, building on what was done last year under Vietnam’s chairmanship and [laying groundwork for] next year when we hand things over to Cambodia. We have to make sure that there is good development and good progress on all three pillars.
The second priority is ASEAN and the wider region. It’s essentially how we can ensure that the wider Asia Pacific region remains peaceful and remains stable. It’s precisely the kind of conditions that ASEAN countries have enjoyed over several decades — a peace dividend — enabling them to have economic development.
What we are trying to ensure this year is that we continue to enjoy that peaceful atmosphere because there is a real risk if we become complacent.
We wish to avoid a cold war-type of mentality of divisions, competitions and new fault lines. One of the main instruments in achieving that objective is the East Asia Summit, which will include for the first time Russia and the United States in Bali later this year.
This is Indonesia’s initiative. This time last year we were talking about regional architecture. Now that architecture is defined. It is already complete in the sense that we have taken the initiative of including Russia and the US. Now the next question is what’s next.
How are we going to give meaning to the principle of ASEAN’s centrality or place ASEAN in the driver’s seat? You cannot be in the driver’s seat and you cannot be in the center if you don’t have a vision. You have to do something with that role, otherwise it becomes obsolete. We have to come forward now that we have this architecture and now that everyone says ASEAN is in the driver’s seat.
President Susilo Bambang Yudhoyono will propose that the East Asia Summit become a key forum for discussing strategic issues for our region, and for political, economic and other big picture issues.
How about ASEAN’s global role?
The third priority is the place of the ASEAN community in the global community of nations, in keeping with the theme of our summit.
This is again a classic case of Indonesia setting in motion a new vision. Back in 2003 when ASEAN was only an association and not yet a community we began the process of ASEAN community building to be achieved by 2020. But we moved it forward to 2015.
I remember then the same question was asked: why were we floating [the idea]. How could Indonesia initiate something when in fact Indonesia was still having a lot of internal difficulties at that time? Why are you being a busybody? Why are you bringing the issue of democracy to the ASEAN forum?
We said we were anticipating not of the world of 2003 — but the world of 2020 or 2015. We were projecting ahead. Likewise, now in 2011, as we approach 2015, we have to begin to think beyond 2015.
What are we going to do after we achieve this so-called ASEAN community? What’s next? What is the next challenge? Otherwise we will simply level off. There will be stagnation.
That’s why Indonesia believes we must set a new target, namely how can the ASEAN community be cohesive and have a greater global role, [which] means promoting a more cohesive ASEAN view on global issues.
This is what we are going to set in motion at this summit so that by 2022 we will have that ASEAN, not quite an ASEAN common forum policy, but certainly an ASEAN that speaks in a more cohesive role on global issues. If you look at it, we have the entire spectrum covered.
But all these three elements will become utterly useless and totally without foundation if we do not have a foundation — a people-centered ASEAN.
There is no point of people talking about an ASEAN community or the ASEAN community and the Asia Pacific region and ASEAN and the world if the people of ASEAN themselves do not feel a sense of ownership or participation in ASEAN.
Those three elements must be anchored to a people-centered ASEAN.
How do we develop concrete steps to realize a people-centered ASEAN?
We have to avoid being superficial. What does it mean when we discuss ASEAN’s people focus? Do we need festivals? Mass gatherings? That’s nice, but this must be with more structured, more meaningful.
Let’s ask how ASEAN interjects itself into daily activities and how relevant ASEAN is in our daily activities. If you use that as the scorecard, then I think we see a great potential to do things better.
The big picture is that ASEAN has managed to maintain peace in our region. That is the biggest people-centric dividend you can imagine. Without this, nothing else is possible. Do not underestimate that fact.
In the area of trade and investment, the free trade area in ASEAN will make possible greater prosperity [and] promotion for small and medium enterprises. Those are real dividends for the people that ASEAN makes possible.
This particular summit will become instrumental because other than offering meetings between leaders there are will be an exchange between the leaders and representatives of civil society and representatives of ASEAN youth as well as the ASEAN parliament.
Are we expecting a launch of drafting process on ASEAN’s common platform on global issues during the summit?
We will be launching the process of drafting declaration on ASEAN community in the global community of nations. But the actual adoption of such a possible declaration will be at the 19th summit in Bali in November. The vision thing is more important at the moment... that’s what Indonesia is saying to ASEAN. Hopefully we will obtain support from ASEAN member states.
“We will hold dialogues with other leaders to strengthen our coordination for security and peace in and out of our country,” he said in remarks at Ninoy Aquino International Airport Terminal 3 before his departure.
EU Trade Commissioner Karel De Gucht leaves today for Jakarta to meet with ASEAN economic and trade Ministers from the South-East Asian block of ten countries and open the first ever ASEAN-EU Business Summit on May 5th. “The first ASEAN-EU Business Summit in Jakarta is an important signal that shows both regions mean business when it comes to building stronger economic ties,” said Commissioner De Gucht. “Given the economic dynamism of the ASEAN region, I see considerable opportunities for working more closely together in the coming years.”
Intensify business-to-business relations
The Summit will help intensify business-to-business relations but also promote dialogue between governments and the private sector. The EU aims to open up new business opportunities in this fast growing region and create strong partnerships that help to support ASEAN’s economic integration. The Commissioner will also meet Indonesian Authorities to discuss bilateral trade issues and further enhance trade and investment relations with Indonesia.Jakarta will host the 18th ASEAN summit from May 7-8, where the leaders of the association’s 10 nations will discuss regional and global issues. The Jakarta Post’s Abdul Khalik and Sita Winiawati Dewi talked to Foreign Minister Marty Natalegawa on Wednesday about the summit. Below are excerpts.
Question: Indonesia has set a three-pronged agenda for its ASEAN chairmanship this year: speeding the group’s integration, developing a regional architecture and expanding ASEAN’s global role. How do you assess progress to date?
Answer: Indonesia has made significant progress in moving toward achieving the goal of the ASEAN Community by 2015. We have made progress on the economic pillar, the political pillar and the socio-cultural pillar, building on what was done last year under Vietnam’s chairmanship and [laying groundwork for] next year when we hand things over to Cambodia. We have to make sure that there is good development and good progress on all three pillars.
The second priority is ASEAN and the wider region. It’s essentially how we can ensure that the wider Asia Pacific region remains peaceful and remains stable. It’s precisely the kind of conditions that ASEAN countries have enjoyed over several decades — a peace dividend — enabling them to have economic development.
What we are trying to ensure this year is that we continue to enjoy that peaceful atmosphere because there is a real risk if we become complacent.
We wish to avoid a cold war-type of mentality of divisions, competitions and new fault lines. One of the main instruments in achieving that objective is the East Asia Summit, which will include for the first time Russia and the United States in Bali later this year.
This is Indonesia’s initiative. This time last year we were talking about regional architecture. Now that architecture is defined. It is already complete in the sense that we have taken the initiative of including Russia and the US. Now the next question is what’s next.
How are we going to give meaning to the principle of ASEAN’s centrality or place ASEAN in the driver’s seat? You cannot be in the driver’s seat and you cannot be in the center if you don’t have a vision. You have to do something with that role, otherwise it becomes obsolete. We have to come forward now that we have this architecture and now that everyone says ASEAN is in the driver’s seat.
President Susilo Bambang Yudhoyono will propose that the East Asia Summit become a key forum for discussing strategic issues for our region, and for political, economic and other big picture issues.
How about ASEAN’s global role?
The third priority is the place of the ASEAN community in the global community of nations, in keeping with the theme of our summit.
This is again a classic case of Indonesia setting in motion a new vision. Back in 2003 when ASEAN was only an association and not yet a community we began the process of ASEAN community building to be achieved by 2020. But we moved it forward to 2015.
I remember then the same question was asked: why were we floating [the idea]. How could Indonesia initiate something when in fact Indonesia was still having a lot of internal difficulties at that time? Why are you being a busybody? Why are you bringing the issue of democracy to the ASEAN forum?
We said we were anticipating not of the world of 2003 — but the world of 2020 or 2015. We were projecting ahead. Likewise, now in 2011, as we approach 2015, we have to begin to think beyond 2015.
What are we going to do after we achieve this so-called ASEAN community? What’s next? What is the next challenge? Otherwise we will simply level off. There will be stagnation.
That’s why Indonesia believes we must set a new target, namely how can the ASEAN community be cohesive and have a greater global role, [which] means promoting a more cohesive ASEAN view on global issues.
This is what we are going to set in motion at this summit so that by 2022 we will have that ASEAN, not quite an ASEAN common forum policy, but certainly an ASEAN that speaks in a more cohesive role on global issues. If you look at it, we have the entire spectrum covered.
But all these three elements will become utterly useless and totally without foundation if we do not have a foundation — a people-centered ASEAN.
There is no point of people talking about an ASEAN community or the ASEAN community and the Asia Pacific region and ASEAN and the world if the people of ASEAN themselves do not feel a sense of ownership or participation in ASEAN.
Those three elements must be anchored to a people-centered ASEAN.
How do we develop concrete steps to realize a people-centered ASEAN?
We have to avoid being superficial. What does it mean when we discuss ASEAN’s people focus? Do we need festivals? Mass gatherings? That’s nice, but this must be with more structured, more meaningful.
Let’s ask how ASEAN interjects itself into daily activities and how relevant ASEAN is in our daily activities. If you use that as the scorecard, then I think we see a great potential to do things better.
The big picture is that ASEAN has managed to maintain peace in our region. That is the biggest people-centric dividend you can imagine. Without this, nothing else is possible. Do not underestimate that fact.
In the area of trade and investment, the free trade area in ASEAN will make possible greater prosperity [and] promotion for small and medium enterprises. Those are real dividends for the people that ASEAN makes possible.
This particular summit will become instrumental because other than offering meetings between leaders there are will be an exchange between the leaders and representatives of civil society and representatives of ASEAN youth as well as the ASEAN parliament.
Are we expecting a launch of drafting process on ASEAN’s common platform on global issues during the summit?
We will be launching the process of drafting declaration on ASEAN community in the global community of nations. But the actual adoption of such a possible declaration will be at the 19th summit in Bali in November. The vision thing is more important at the moment... that’s what Indonesia is saying to ASEAN. Hopefully we will obtain support from ASEAN member states.
President Susilo Bambang Yudhoyono is scheduled to open the 1st ASEAN-European Union business summit in Jakarta on Thursday, as part of the ASEAN Summit that sees the installation of Indonesia as this year's chair of the regional grouping.
Investment opportunities, the enhancement of bilateral business cooperation, and solutions to obstacles between participating countries are expected to highlight discussions during the annual summit.
After launching the business summit, Yudhoyono is scheduled to meet Myanmar’s President U Thein Sein, followed by a meeting with a senior delegation, Yudhoyono's official website says, as quoted by tempointeraktif.com.
According to the website, the Yudhoyono's agenda for Thursday concludes with a state gala dinner held in honor of U Thein Sein's visit.
JAKARTA, May 4 (Xinhua) -- Indonesia, the current chairman of the 18th Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) Summit, is actively preparing for the meeting from reception facilities to security check.
The Jakarta airport set a special entry to facilitate the participants. About 115 media organizations from the world with altogether 363 reporters have registered for the summit, the organizer said.
Serena, one of the staff in charge of the media reception, told Xinhua that although they encountered some miscommunication during the reception such as the badge dispatching, the overall process is going smoothly.
On the other hand, Indonesia steps up security checks with police officers across the country mounting more stringent checks of people and vehicles in the wake of killing of al-Qaida founder Osama bin Laden, who was shot earlier Monday in a covert operation by the U.S. military.
In addition, the country's recently active militants give Jakarta particular cause for concern during the preparation for the summit. The Indonesian Military conducted anti-terrorism drills in Jakarta on April 28 as part of the VIP security squad.
Arsal Sahban, the private secretary for the region chief police in Jakarta told Xinhua that 4,385 policemen out of the 22,000 overall police force in the city were assigned to secure the summit.
At least 200 activities would be held during the summit, including ASEAN Jazz Festival, ASEAN Culinary Festival and ASEAN Journalist Meeting, according to Indonesian official.
The summit will be held on May 7 and 8, and will be preceded by the ASEAN-EU Business Summit and ASEAN Economic Ministers-EU Trade Commissioner Meeting on May 5 and the ASEAN Political Security Community Council, ASEAN Economic Community Council, ASEAN Foreign Ministers Meeting as well as the 8th Meeting of ASEAN Coordinating Council on May 6.
Jakarta: Presiden Susilo Bambang Yudhoyono membuka KTT Bisnis ASEAN-Uni Eropa yang pertama, di Hall D, Jakarta Convention Center, Kamis (5/5) pukul 10.00 WIB. Konferensi bertemakan 'Mengejar Kesempatan dan Mempromosikan Kemakmuran di Dua Kawasan' (Pursuing Opportunity and Promoting Prosperity in Both Regions) ini diikuti sekitar 50 pebisnis dari Uni Eropa (UE) dan 300 orang dari ASEAN.
Menko Perekonomian Hatta Rajasa dalam sambutannya berharap komunikasi yang selama ini terjalin antara UE dan ASEAN dapat terus dipertahankan. Hubungan kedua organisasi sendiri telah berlangsung 30 tahun.
Sementara dalam awal sambutannya, Presiden SBY percaya banyak hal baik akan terjadi dalam pertemuan semacam ini. "KTT Bisnis ini tepat waktu untuk ASEAN, kami akan mempercepat pencapaian Komunitas ASEAN 2015," kata Presiden.
ASEAN, sebagaimana bagian dunia yang lain, saat ini tengah menghadapi tantangan. Pemulihan ekonomi dunia, lanjut SBY, memang sedang terjadi. Negara maju masih mengalami kesenjangan dan pengangguranan yang masih tinggi. Diprediksi tahun 2011 ini pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat dan Jepang akan melemah. Sementara pertumbuhan yang lambat juga akan terjadi di Eropa dengan menjaga posisi fiskal dan sistem keuangan mereka. "Di banyak negara berkembang, tekanan inflasi sedang terjadi karena harga komoditas yang tinggi," Presiden SBY menjelaskan.
"Krisis keuangan global telah mendorong pemimpin global untuk bekerja sama, untuk mencapai kerangka kerja pertumbuhan yang kuat, berkelanjutan dan seimbang," SBY menambahkan.
Pada saat yang sama para pemimpin juga menggarisbawahi pentingnya untuk mengatasi akar penyebab ketidakseimbangan dengan mengadopsi rencana aksi pembangunan tahunan. "Para pemimpin ini juga meneguhkan komitmen untuk mengatasi masalah ini melalui koordinasi bersama," ujar Kepala Negara.
Hadir dalam acara ini, antara lain, Ketua Komisaris Perdagangan Uni Eropa Karel de Gutch dan Sekjen ASEAN Surin Pitsuwan. Keduanya juga memberikan kata pengantar. Dari jajaran Kabinet Indonesia Bersatu II, terlihat hadir Mensesneg Sudi Silalahi, Menlu Marty Natalegawa, Mendag Mari Elka Pangestu, Menperin MS Hidayat, Mentan Suswono, Menkes Endang Rahayu Sedyaningsih, Menteri Kelautan dan Perikanan Fadel Muhammad, Seskab Dipo
Alam, dan Kepala BKPM Gita Wirjawan. (dit)
Jakarta: Presiden Susilo Bambang Yudhoyono membuka KTT Bisnis ASEAN-Uni Eropa yang pertama, di Hall D, Jakarta Convention Center, Kamis (5/5) pukul 10.00 WIB. Konferensi bertemakan 'Mengejar Kesempatan dan Mempromosikan Kemakmuran di Dua Kawasan' (Pursuing Opportunity and Promoting Prosperity in Both Regions) ini diikuti sekitar 50 pebisnis dari Uni Eropa (UE) dan 300 orang dari ASEAN.
Menko Perekonomian Hatta Rajasa dalam sambutannya berharap komunikasi yang selama ini terjalin antara UE dan ASEAN dapat terus dipertahankan. Hubungan kedua organisasi sendiri telah berlangsung 30 tahun.
Sementara dalam awal sambutannya, Presiden SBY percaya banyak hal baik akan terjadi dalam pertemuan semacam ini. "KTT Bisnis ini tepat waktu untuk ASEAN, kami akan mempercepat pencapaian Komunitas ASEAN 2015," kata Presiden.
ASEAN, sebagaimana bagian dunia yang lain, saat ini tengah menghadapi tantangan. Pemulihan ekonomi dunia, lanjut SBY, memang sedang terjadi. Negara maju masih mengalami kesenjangan dan pengangguranan yang masih tinggi. Diprediksi tahun 2011 ini pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat dan Jepang akan melemah. Sementara pertumbuhan yang lambat juga akan terjadi di Eropa dengan menjaga posisi fiskal dan sistem keuangan mereka. "Di banyak negara berkembang, tekanan inflasi sedang terjadi karena harga komoditas yang tinggi," Presiden SBY menjelaskan.
"Krisis keuangan global telah mendorong pemimpin global untuk bekerja sama, untuk mencapai kerangka kerja pertumbuhan yang kuat, berkelanjutan dan seimbang," SBY menambahkan.
Pada saat yang sama para pemimpin juga menggarisbawahi pentingnya untuk mengatasi akar penyebab ketidakseimbangan dengan mengadopsi rencana aksi pembangunan tahunan. "Para pemimpin ini juga meneguhkan komitmen untuk mengatasi masalah ini melalui koordinasi bersama," ujar Kepala Negara.
Hadir dalam acara ini, antara lain, Ketua Komisaris Perdagangan Uni Eropa Karel de Gutch dan Sekjen ASEAN Surin Pitsuwan. Keduanya juga memberikan kata pengantar. Dari jajaran Kabinet Indonesia Bersatu II, terlihat hadir Mensesneg Sudi Silalahi, Menlu Marty Natalegawa, Mendag Mari Elka Pangestu, Menperin MS Hidayat, Mentan Suswono, Menkes Endang Rahayu Sedyaningsih, Menteri Kelautan dan Perikanan Fadel Muhammad, Seskab Dipo
Alam, dan Kepala BKPM Gita Wirjawan. (dit)
No comments:
Post a Comment