Success tips from 5 Indonesian prominent figures and achievers
Great time with the two supermentors @dinopattidjalal @PeterGontha. They are so funny together ! pic.twitter.com/YuJkWOJ6el
— Iwan Sunito (@IwanSunito) June 3, 2014
Kultum
Supermentor 2 bertajuk From Underdog to Over-Achivers : Resep Sukses,
Life Skills, Etos Hidup untuk Generasi Indonesia Abad 21 - See more at:
http://bisnis.liputan6.com/read/2057178/5-orang-sukses-bagi-resep-ilmunya-selama-12-menit#sthash.tyk8tRUI.dpuf
Untuk kedua kalinya,acara Kultum Supermentor bertajuk From Underdog to Over-Achivers : Resep
Sukses, Life Skills, Etos Hidup untuk Generasi Indonesia Abad 21. -Modernisator bekerja sama dengan Indonesia Diaspora
Network menggelar Kuliah Tujuh Menit (Kultum) Super Mentor, di Jakarta,
Minggu (1/6) malam. Acara yang dipandu oleh mantan Duta Besar Indonesia
untuk Amerika Serikat, Dino Patti Djalal itu, menghadirkan lima tokoh
terkemuka yang membagikan kiat suksesnya kepada masyarakat Indonesia.
Mereka adalah Handri Santriago, yaitu pemuda setengah lumpuh namun bermental baja yang menjadi CEO General Electric Indonesia, dan Iwan Sunito adalah anak sungai dari Kalimantan yang menjadi raja properti di Sydney. Kamudian ada Merry Riana, enterpreneur muda dan motivator wanita terkemuka, Peter F. Gontha seorang supir taksi dan Anak Buah Kapal (ABK) yang menjadi pengusaha sukses serta Petrus Golose sebagai Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT).
Menurut Golose, kehebatan teroris di Indonesia sudah bisa membuat bom sendiri dengan daya ledak tinggi. Oleh karenanya polisi juga harus bekerja cerdas, sehingga aksi terorisme dapat ditumpas. Kehebatan polisi anti teror Indonesia dikenal hingga ke luar negeri. Misalnya mereka pernah menangkap pelaku percobaan pembunuhan perdana menteri Timor Timur.
Prinsip operasi anti teror di Indonesia, selain melindungi masyarakat dengan mengedepankan HAM, juga harus dapat mencegah terjadinya teror. Kebijakan Indonesia dalam penanggulangan terorisme berbasis penegakan hukum, bukan war on teror.
“Pada akhirnya, prestasi penanggulangan teror di Indonesia diakui Perserikatan Bangsa Bangsa,” kata Golose dalam siaran pers kepada SP, di Jakarta, Senin (2/6).
Sementara itu, Handri Santiago merupakan CEO pertama lulusan dalam negeri dan CEO General Electric termuda di dunia. Handri merupakan produk lokal yang tumbuh dan besar di Indonesia.
Handri divonis kanker pada usia 17 tahun. Ia menjalani masa-masa yang melelahkan dan harus menerima kenyataan untuk menjalani hidup di atas kursi roda pada usia 17 tahun. Ia mengatakan, keterbatasan tidak melemahkannya, sebaliknya menguatkan. Itulah kunci sukses menurut Handri Santiago.
"Saya harus memulainya dengan menerima kenyataan. Itu berguna bagi saya untuk menghadapinya dan melawan," kata Handri.
Berbeda lagi dengan Merry Riana yang mengawali suksesnya ketika berdomisili di Singapura dan memulai bisnis dari sana. Masa kecil Merry dihabiskan di sebuah kawasan kumuh di Tanjung Priok, Jakarta Utara.
Mereka adalah Handri Santriago, yaitu pemuda setengah lumpuh namun bermental baja yang menjadi CEO General Electric Indonesia, dan Iwan Sunito adalah anak sungai dari Kalimantan yang menjadi raja properti di Sydney. Kamudian ada Merry Riana, enterpreneur muda dan motivator wanita terkemuka, Peter F. Gontha seorang supir taksi dan Anak Buah Kapal (ABK) yang menjadi pengusaha sukses serta Petrus Golose sebagai Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT).
You are a legend pk @dinopattidjalal d brain of Supermentor! Truly World Class #@PeterGontha @MerryRiana @HandryGE pic.twitter.com/ZKZaHi15Vx
— Iwan Sunito (@IwanSunito) June 2, 2014
Petrus Golose
menceritakan penumpasan terorisme di Solo, Jawa Tengah. Saat itu,
menurut Petrus, jangankan masyarakat, polisi juga mengalami ketakutan
saat menjalankan tugas karena adanya ancaman. Dalam kondisi demikian,
kata Golose, polisi anti teror tidak hanya harus bekerja keras, tetapi
juga cerdas.Menurut Golose, kehebatan teroris di Indonesia sudah bisa membuat bom sendiri dengan daya ledak tinggi. Oleh karenanya polisi juga harus bekerja cerdas, sehingga aksi terorisme dapat ditumpas. Kehebatan polisi anti teror Indonesia dikenal hingga ke luar negeri. Misalnya mereka pernah menangkap pelaku percobaan pembunuhan perdana menteri Timor Timur.
Prinsip operasi anti teror di Indonesia, selain melindungi masyarakat dengan mengedepankan HAM, juga harus dapat mencegah terjadinya teror. Kebijakan Indonesia dalam penanggulangan terorisme berbasis penegakan hukum, bukan war on teror.
“Pada akhirnya, prestasi penanggulangan teror di Indonesia diakui Perserikatan Bangsa Bangsa,” kata Golose dalam siaran pers kepada SP, di Jakarta, Senin (2/6).
Sementara itu, Handri Santiago merupakan CEO pertama lulusan dalam negeri dan CEO General Electric termuda di dunia. Handri merupakan produk lokal yang tumbuh dan besar di Indonesia.
Handri divonis kanker pada usia 17 tahun. Ia menjalani masa-masa yang melelahkan dan harus menerima kenyataan untuk menjalani hidup di atas kursi roda pada usia 17 tahun. Ia mengatakan, keterbatasan tidak melemahkannya, sebaliknya menguatkan. Itulah kunci sukses menurut Handri Santiago.
"Saya harus memulainya dengan menerima kenyataan. Itu berguna bagi saya untuk menghadapinya dan melawan," kata Handri.
Berbeda lagi dengan Merry Riana yang mengawali suksesnya ketika berdomisili di Singapura dan memulai bisnis dari sana. Masa kecil Merry dihabiskan di sebuah kawasan kumuh di Tanjung Priok, Jakarta Utara.
Merry Riana (lahir di Jakarta, 29 Mei 1980; adalah pengusaha, penulis dan motivator,pendiri Life Academy Program untuk para anak renaja usia 12 - 18 tahun
Merry Riana menerbitkan buku berjudul A Gift From a Friend pada tahun 2006 yang berisi pengalaman dan latar belakang dirinya hidup di Singapura. Buku ini menarik perhatian publik Singapura dan Asia Tenggara karena menuliskan tentang prestasinya menghasilkan S$ 1,000,000 pada usia 26 tahun. Awalnya, Profil kesuksesan Merry Riana mulai dikenal setelah muncul di artikel The Strait Times
pada tanggal 26 Januari 2007 yang berjudul "She's made her first
million at just age 26" ("Ia mencapai satu juta dolar pertamanya di usia
26 tahun").
Merry Riana aktif sebagai pembicara di berbagai seminar, perusahaan, sekolah dan media massa di Singapura dan beberapa negara di Asia Tenggara. Ia dikenal giat dalam memanfaatkan jejaring sosial Twitter
Get a free Ebook : Dare to Dream Big
Get a free Ebook : Dare to Dream Big
Merry dikuliahkan orang tuanya ke Singapura karena kekhawatiran saat tahun 1998 terjadi krisis moneter dan kerusuhan Mei. Merry disekolahkan ke Singapura di Nanyang Technological University dengan uang pinjaman sebesar 40.000 Dollar Singapura. Berbekal uang pinjaman itu, Merry kuliah di sebuah
Universitas di Singapura. Tiap minggu Merry dikirimi uang 10 Dollar Singapura untuk biaya hidupnya.
"Saya harus kuat hidup dengan 10 Dolar Singapura dalam seminggu. Tiap kuliah membawa bekal roti tawar dan harus makan di toilet agar tidak dilihat teman," kata Merry .
Menurut Merry, ada tiga hal untuk mewujudkan mimpi yaitu berani bermimpi besar dan berhenti menyalahkan keadaan. Berani menghadapi tantangan dan terus berusaha dengan yakin bahwa pasti ada kesempatan. Terakhir, jangan mengejar sesuatu karena uang, tapi berbuat karena cinta.
Tidak semua orang mau mengerahkan kemampuannya dengan tekad, disiplin, kemauan, semangat, ketekunan, dan konsentrasi.
— Merry Riana (@MerryRiana) June 2, 2014
“Hidup adalah sebuah perjuangan dan anugerah Tuhan yang harus disyukuri,” tutur Merry.Pembicara lainnya, Peter Gontha mengaku bekerja untuk banyak orang. Dia menjadi eksekutif di berbagai perusahaan terkemuka. Peter nenceritakan kisah hidupnya dari kecil hingga sukses sekarang. Ia dikirim orang tuanya ke Belanda dengan bekal uang 200 Dollar. Di Belanda, Peter muda bingung menjalani hidupnya yang pas-pasan. Ia pun bekerja sebagai sopir taxi untuk melanjutkan hidup.
Usai bekerja sebagai sopir taxi, Peter bekerja sebagai ABK dengan gaji 1500 Dollar per bulan. Usai menjadi ABK, Peter di terima bekerja di sebuah perusahaan minyak. Dari perusahaan minyak ia mendapat beasiswa ke luar negeri.
Kemudian Peter melanjutkan karir di sebuah Bank terkemuka. Usia 30 tahun Peter sudah menjadi manager American Express Bank Asia yang membawahi beberapa negara di Asia Tenggara. Menurut Peter, kunci suksesnya adalah berani mengambil risiko.
Pembicara terakhir, Iwan Sunito berkisah tentang masa kecilnya yang pernah tidak naik kelas, dan bosan menjadi orang bodoh. Ia memutuskan belajar keras dan ingin membangun bisnis yang besar.
@IwanSunito 's amazing testimony Be still because slow is the new fast From Borneo to Bloomberg http://t.co/R1NlJOdIMA He knows the shortcut
— James Rudyanto (@translatorbali) June 8, 2014
Menurut Iwan, hal yang perlu diperhatikan untuk sukses
adalah harus bekerja keras dan membuat jalan sukses sendiri. Kini, Iwan
merupakan pengusaha property terkemuka di Australia. [D-13/N-6]
Land in Shanghai,then proceed to Sozhou - Hangzhou -Wuzi,Thence, we'll take a Bullet Train to Beijing. http://t.co/1D0G7tiRWF #7wonderstour
— James Rudyanto (@translatorbali) June 10, 2014
No comments:
Post a Comment